WebServiceBlog: MODEL INTEROPERABILITAS TEKNIS PADA APLIKASI PERPUSTAKAAN DIGITAL

MODEL INTEROPERABILITAS TEKNIS PADA APLIKASI PERPUSTAKAAN DIGITAL

Pendahuluan.


Pada perkembangan perpustakaan digital, isu yang muncul adalah interoperabilitas. Interoperabilitas ini merupakan tantangan mendasar dalam semua aspek perpustakaan digital. Interoperabilitas adalah upaya pengembangan jasa atau layanan terpadu bagi pengguna perpustakaan digital sedemikian rupa sehingga mereka dapat memanfaatkan sumberdaya yang disediakan oleh beragam sistem serta berbagai institusi (Arms, 2000).

Isu interoperabilitas ini kemudian melahirkan aplikasi (software) perpustakaan digital yang sharable penggunaannya, salah satunya dibangun oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI), yaitu Library and Archive Analysis System (LARAS) Versi 1.0. LARAS V 1.0. adalah aplikasi perpustakaan digital berbasis open source yang dapat diunduh dan bebas digunakan oleh pihak manapun. PDII-LIPI resmi menggunakan LARAS Versi 1.0 untuk menggantikan WINISIS mulai Januari tahun 2011. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu, latarbelakang PDII-LIPI mengembangkan LARAS Versi 1.0 serta model interoperabilitas teknis yang diterapkan dan dikembangkan pada LARAS Versi 1.0 di PDII-LIPI. Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu :


1)        Mengetahui latar belakang pengembangan LARAS Versi 1.0 di PDII-LIPI.





2)  Mengetahui model interoperabilitas teknis LARAS Versi 1.0 yang diterapkan dan dikembangkan oleh PDII-LIPI.

  Penelitian ini diharapakan mencapai dan berguna untuk dua hal yaitu manfaat praktis dan akademis, yaitu:


1)        Manfaat akademis, memberikan informasi bahwa model interoperabilitas teknis adalah aspek   yang tidak terpisahkan dari penerapan aplikasi perpustakaan digital.


2)     Manfaat praktis, dapat menjadi salah satu dasar acuan dan pertimbangan bagi perpustakaan maupun lembaga informasi lainnya dalam menerapkan dan mengembangkan model interoperabilitas teknis pada aplikasi perpustakaan digital di masa yang akan datang. pada ranah perpustakaan digital, komputer dan jaringan sangat penting dan mendasar. Gambaran sebenarnya dari perpustakaan digital adalah interaksi antara orang, organisasi, dan teknologi.

2.2. Landasan dan Standar Teknologi Interoperabilitas Teknis

a. Metadata

Istilah metadata digunakan berbeda pada berbagai komunitas. Beberapa menggunakannya untuk merujuk kepada mesin yang mampu memahami akan informasi (machines understandable information), sementara sebagian menggunakannya hanya untuk cantuman atau rekod yang mendeskripsikan sumber daya elektronik (NISO, 2004:1). Metadata perlu disusun dalam satu set ruas standar dan menggunakan encoding dengan beberapa cara standar sehingga mampu diproses oleh komputer.

b. Protokol komunikasi

Protokol yang banyak digunakan pada lingkungan perpustakaan digital saat ini yaitu OAI-PMH (Open Archive Initiative-Protocol Metadata Harvesting).

OAI-PMH merupakan sebuah inisiatif untuk mengembangkan dan mempromosikan standar interoperabilitas yang memfasilitasi penyebaran konten web yang diakses melalui repositori untuk penyebaran konten serta berbagi metadata secara efisien (http://www. openarchives.org).

c. Encoding

Encoding merupakan sarana manipulasi aplikasi perpustakaan digital bilamana cantuman bibliografis atau metadata aplikasi perpustakaan digital akan diletakkan pada pangkalan data terpasang (online database), supaya dapat dibaca, ditelusur, dicari, dan dipertukarkan oleh berbagai jenis aplikasi perpustakaan digital, sekaligus dapat dipahami oleh manusia. Dalam encoding digunakan bahasa mark-up untuk membuat halaman-halaman web dan memungkinkan aplikasi perpustakaan digital untuk dapat dimodifikasi oleh developer atau end user tentunya dengan disesuaikan pada kebutuhan dan perkembangan yang ada.

d. Pangkalan Data

Pangkalan data berfungsi sebagai sistem terkomputerisasi yang tujuan utamanya adalah memelihara informasi dan membuat informasi tersebut tersedia saat dibutuhkan (Kadir, 2003:9). Pangkalan data sebagai memeriksa serta memverifikasi jenis informasi yang tepat, mewakili nilai yang diperbolehkan dalam keadaan yang dapat diterima. 
e. Indexing

Taylor (2004:40) menyatakan bahwa indexing mampu menjadi pengembang akses dalam menganalisis konten dari dokumen. Kegiatan menganalisis dan penerjemahan dokumen yang diindeks merupakan kegiatan intelektual dan kegiatan mekanikal lebih kepada kegiatan yang mencakup pengurutan abjad dan pembuatan entri indeks (Pendit, 2007:99). Khusus dengan komputerisasi Pendit (2007:100) menyatakan aplikasi indexing dapat pula berbentuk :

a. Derivative indexing, yaitu istilah untuk indeks diambil langsung dari teks dokumen, disebut juga synonym for keyword indexing dikarenakan indeks diambil langsung dari kata kunci dan tidak ada controlled vocabulary (daftar kosakata) sebagai acuan, hal demikian sering dikenal juga dengan free indexing.

b. Assignment indexing, yaitu istilah untuk indeks diberikan dari luar. Dalam hal ini pembuatan indeks diambil langsung dari kata kunci dan ada controlled vocabulary (daftar kosakata) sebagai acuan.

Setelah proses indexing telah selesai, dokumen dan catatan pengindeksan masuk ke beberapa bentuk penyimpan dokumen seperti pangkalan data, dimana hal tersebut diatur sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat dicari dalam menanggapi berbagai permintaan jenis subjek dan lainnya


. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian studi kasus adalah strategi penelitian di mana peneliti menyelidiki secara cermat

suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu. Selain itu, penelitian studi kasus memusatkan diri pada satu unit tertentu dari berbagai fenomena (Bungin, 2007:68).

Penelitian dilakukan pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI) yang belokasi di Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 10, Jakarta Pusat dilaksanakan selama empat bulan mulai dari awal Februari hingga Akhir Mei tahun 2013. Informan dalam penelitian ini berjumlah sebelas orang, ditentukan secara purposive. Dalam melakukan proses pengumpulan data peneliti menggunakan dua metode, yaitu :

a. Analisis dokumen, dokumen yang digunakan meliputi sumber terpasang (online), buku-buku yang relevan seperti manual LARAS V 1.0, dan artikel ilmiah yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini.

b. Wawancara, jenis metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth interview) karena dari wawancara tersebut tersedia data utama tentang persepsi atau penilaian bersifat subjektif serta kualitatif. Pertanyaan diajukan menurut

pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya.

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan mengikuti analisis data kualitatif berdasarkan analisis Miles dan Huberman (1992:16-17), ada tiga langkah pokok, yaitu :

1. Reduksi data.

2. Penyajian data.

3. Penarikan simpulan/verifikasi.

Ketiga komponen analisis data di atas dapat dilakukan secara interaktif yaitu saling berhubungan selama dan sesudah pengumpulan data. Proses analisis data ini mengalir (flow), sehingga tidak menjadi kaku dari tahap awal hingga tahap akhir penelitian.







 Hasil dan Pembahasan

 Latar Belakang PDII-LIPI Mengembangkan LARAS Versi 1.0

PDII-LIPI memiliki beragam koleksi karya ilmiah yang berupa laporan penelitian para peneliti dari berbagai institusi selain dari LIPI sendiri, koleksi tersebut tentunya diperuntukkan bagi pengguna baik dari kalangan peneliti, akademisi, maupun
Selain itu disebabkan juga oleh apresiasi dan kebebasan bagi para pengelola konten informasi ilmiah untuk membuat format-format yang sesuai dengan kebutuhan institusi. Pada Akhirnya terbentuklah Tim Developer LARAS V 1.0, tim ini mendapat instruksi untuk mempelajari hampir semua aplikasi perpustakaan yang telah dan sedang berkembang pada saat itu seperti WINISIS, SLiMS, Lontar dan lainnya.

Pada awal LARAS V 1.0 mulai dikembangkan terjadi konflik antara pihak developer dan pihak pustakawan, hal demikian terjadi dikarenakan pola pemikiran dan kepentingan yang tidak sejalan. Selain karena tidak adanya komunikasi intensif antara pihak developer dan pihak pustakawan. Seiring waktu pengembangan LARAS V 1.0 terus berjalan walupun secara ala kadarnya, pihak developer menganggap apa yang dikerjakan adalah salah satu bentuk bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat.

Menurut kepala PDII-LIPI saat ini, alasan lain mengapa LARAS V 1.0 tetap berjalan yaitu dikarenakan PDII-LIPI terus mengikuti perkembangan sistem informasi tanpa bergantung pada pengembang aplikasi dari luar PDII-LIPI, selain itu ditambah dengan adanya anggapan kebebasan berkreasi dikarenakan LARAS V 1.0 dibangun di bawah open source. Walaupun saat ini pihak penentu kebijakan dan ketua fungsional pustakawan sebenarnya menyadari bahwa awal penerapan LARAS V 1.0 di PDII-LIPI terlalu terburu-buru karena hanya dibangun dalam kurun waktu yang begitu singkat yaitu satu tahun. Terjadi ketidaksesuaian antara proses dan tujuan di bangunnya LARAS V 1.0 sebelum diluncurkan atau mulai diperkenalkan penggunaannya secara luas di masyarakat, mengingat banyaknya beberapa kekurangan terutama dari segi kebutuhan untuk PDII-LIPI sendiri, di samping itu adanya tindakan penyepelean dalam hal elaborasi akan kesiapan sebuah aplikasi karena dirancang sepihak oleh Tim Developer LARAS V 1.0.

Model Interoperabilitas Teknis LARAS Versi 1.0 yang Dikembangkan oleh PDII- LIPI

Untuk mengetahui model interoperabilitas teknis LARAS Versi 1.0 yang dikembangkan oleh PDII-LIPI, peneliti melihat dari aspek landasan dan standar teknologi interoperabilitas teknis.

a. Metadata

Dengan melihat setiap bagian ruas metadata (metadata field) yang terdapat pada LARAS V 1.0. Peneliti menemukan metadata LARAS V 1.0 sendiri merupakan hasil penyesuaian (customise) dan adopsi beberapa ruas yang terdapat pada metadata aplikasi yang digunakan oleh PDII-LIPI sebelumnya yaitu WINISIS. WINISIS menggunakan standar metadata CCF (Common Comunication Format) yang dibuat oleh UNESCO dan format strukturnya sesuai dengan ISO 2709 (Chowdhury dan Chowdhury, 2007:66), yang artinya dalam hal ini LARAS V 1.0 tidak menggunakan standar baru.






b. Protokol Komunikasi

OAI-PMH adalah pendukung vital LARAS V 1.0 PDII-LIPI dalam menjalankan interoperabilitas teknis yang selama ini sedang dikembangkan. Pada saat mulai menciptakan gabungan konten dari beberapa pangkalan data, OAI-PMH dipelajari bertahap dengan dibarengi usaha dalam melakukan modifikasi terlebih dahulu oleh Tim Developer LARAS V 1.0. Masalah teknis yang ditemukan di lapangan dan bagaimana solusi terkait menurut pihak developer salah satunya setelah menerapkan OAI-PMH di LARAS V 1.0, karena bersifat open source protokol tersebut memungkinkan untuk dikembangkan secara mandiri sesuai arah dan tujuan penggunaannya, metode pengelolaan sumber daya digital yang sudah ada pada OAI-PMH memudahkan pihak developer

c. Encoding

PHP adalah encoding yang diterapkan oleh LARAS V 1.0 dan OHS-PKP pada Portal Pusat Repository PDII-LIPI sebagai manipulasi tampilan di web, sedangkan encoding XML berperan dalam hal representasi metadata. XML digabung dengan kinerja bahasa PHP. Dalam hal ini OHS-PKP berkomunikasi langsung dengan LARAS V 1.0. melalui OAI-PMH yang memuat encoding XML. XML tersebut menyatukan data yang diterima walaupun menggunakan tampilan antarmuka asli masing-masing yaitu dengan bantuan PHP.

Bila dilihat dari segi struktur bahasa dan data, encoding XML menyediakan kemudahan, netralitas, dan deskripsi mandiri yang terkait sintaks untuk struktur data yang sifatnya heterogen seperti LARAS V 1.0 yang menggunakan PHP. Seperti yang diungkapkan Chowdhury dan Chowdhury (2007:163) bahwa XML menggunakan tag hanya untuk membatasi bagian data dan meninggalkan interpretasi data sepenuhnya untuk aplikasi yang membacanya.

XML menyediakan secara mudah cantuman dan referensi metadata sebagai representasi dari deskripsi data dan semantik, contohnya pada LARAS V 1.0 yang menyebutkan judul dan OHS-PKP dengan standar Dublin Core menyebutkannya title. Hal tersebut bisa dimodifikasi dan disesuaikan dengan sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan ke depan. Elemen metadata yang heterogen antara LARAS V 1.0 dan Dublin Core pada OHS-PKP dimudahkan untuk dipetakan, karena terdapat mekanisme untuk mengekspresikan pemetaan antarelemen dengan bantuan OAI-PMH.

d. Pangkalan Data

Pangkalan data LARAS V 1.0 termasuk dalam pangkalan data rujukan dan pangkalan data sumber. Dalam klasifikasi pangkalan data rujukan, pangkalan data LARAS V 1.0 termasuk dalam kategori pangkalan data bibliografis. Pangkalan bibliografis tersebut menjadi wakil dari dokumen asli yang menunjukkan seperti apa informasi yang tercakup pada dokumen asli, serta bagaimana aturan dalam memasukkan informasi bibliografis dari dokumen asli sehingga tercipta informasi yang terstruktur dalam bentuk rekod. Pada Pada klasifikasi pangkalan data sumber, pangkalan data LARAS V 1.0 dapat dikelompokkan sebagai pangkalan data numerik karena sesuai dengan cakupan konten yang dimuat. Pangkalan data LARAS V 1.0 memberikan keterangan berupa angka-angka statistik dan grafik dalam hal akses dokumen oleh pengguna.

 e. Indexing

Indexing pada LARAS V 1.0 yaitu derivative indexing, karena mengambil istilah untuk indeks langsung dari teks dokumen berupa judul dokumen dan tidak menggunakan fitur kata kunci serta tidak ada daftar kosakata khusus sebagai acuan, dengan kata lain istilah kegiatan tersebut bisa disebut juga dengan free indexing. Pada LARAS V 1.0 masih terdapat masalah perbedaan pada jumlah total rekod yang termuat, yaitu rekod berdasarkan jenis kategori atau bidang ilmu total berjumlah 256.507 rekord dan rekod berdasarkan jenis koleksi total berjumlah 266.732 rekod. Selain itu, masih terdapat rekod yang belum ditentukan atau diverifikasi kategori bidang ilmu (unknown category) yaitu total 10383 rekod. Hal demikian menjadi perhatian serius dari pihak developer dan pustakawan sehingga perlu usaha validasi secara maksimal.

Dalam aplikasinya derivative indexing pada LARAS V 1.0 digunakan kategori bidang keilmuan. Total jumlah bidang ilmu yang ada di LARAS V 1.0 saat ini berjumlah 59 bidang, didominasi oleh ilmu alam dan ilmu sosial. Dalam menentukan kategori bidang keilmuan tersebut PDII-LIPI menggunakan klas-klas besar Dewey Decimal Classification (DDC) sebagai acuan. Dalam hal ini tidak semua klas DDC yang digunakan namun lebih didasarkan pada jumlah koleksi karya ilmiah terbanyak yang dimiliki atau disimpan oleh PDII-LIPI. Pada saat menentukan klas-klas DDC yang dipakai, Subbidang Pengolahan Literatur mengadakan rapat internal pada awal dan akhir bulan dengan melibatkan pustakawan senior, kepala bidang, dan kepala subbidang yang ada di internal PDII-LIPI. Hal demikian dianggap sebagai langkah efektif untuk menjelaskan tata kerja dan hasil yang ingin dicapai.

Bahasa yang digunakan untuk output kategori dan tipe koleksi adalah bahasa Indonesia, hal ini terjadi karena didasarkan pada kondisi pustakawan serta pengguna yang dalam usaha melakukan pencarian koleksi atau dokumen banyak menggunakan istilah-istilah bahasa Indonesia. Untuk lebih optimal dalam hal proses indexing dan temu balik informasi sebaiknya PDII-LIPI dalam menentukan kategori bidang keilmuan menggunakan bantuan aturan penentuan tajuk subjek seperti Library of Congress Subject Headings (LCSH) dan menerapkan bantuan fitur kata kunci dengan memanfaatkan petunjuk aturan dari tesaurus, DDC cukup hanya untuk nomor klasifikasi. LCSH yang menggabungkan kontrol sinonim serta mampu menunjukkan istilah-istilah yang lebih luas maupun sempit yang saling terkait akan subjek (Chan, 2007:16).
bahwa :

1. LARAS V 1.0 dibangun karena dilatarbelakangi oleh kondisi PDII-LIPI yang ingin berpaling dari ketertinggalan teknologi aplikasi perpustakaan digital, walaupun dibalik semua usaha tersebut terdapat konflik di dalam organisasi PDII-LIPI. Konflik seperti ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Stoner (1982:37), bahwa konflik organisasi merupakan perbedaan pendapat antara dua atau lebih dari anggota atau kelompok organisasi, yang disebabkan karena mempunyai status, tujuan, penilaian atau pandangan yang berbeda. Pembangunan hingga peluncuran LARAS V 1.0 terkesan terburu-buru dan adanya motif ekonomi karena berbasis proyek semata yang diambil alih oleh sebagian pihak atau kelompok. Hal ini menyebabkan Aplikasi Perpustakaan Digital LARAS V 1.0 di atas masih belum sempurna serta berjalan dengan apa adanya.

2. Model interoperabilitas teknis yang diterapkan pada LARAS Versi 1.0 di PDII-LIPI termasuk level gabungan dari Model LISI yaitu level 1, 2, dan 3.

3. Model interoperabilitas teknis LARAS Versi 1.0 yang dikembangkan oleh PDII-LIPI sebenarnya saat ini adalah masih terkait bagaimana pengembangan serta penerapan LARAS V 1.0 itu sendiri secara maksimal, khususnya dari segi metadata, encoding, protokol komunikasi, pangkalan data, indexing.





 Kesimpulan

Kasus model interoperabilitas teknis Aplikasi Perpustakaan Digital LARAS Versi 1.0 di PDII-LIPI aspek manusia merupakan masalah yang cukup kompleks. Hal ini disebabkan kerjasama yang dilakukan oleh berbagai institusi dalam membangun, menerapkan, dan mengembangkan sebuah sistem dokumentasi dan informasi selalu akan menimbulkan berbagai konflik. Masing-masing pihak memiliki kepentingan serta cara pendekatan yang berbeda dalam menyelesaikan semua permasalahan dan kesalahpahaman yang timbul. Oleh sebab itu pengembangan LARAS Versi 1.0 sangat tergantung dari kesiapan sumber daya manuasia dan infrastruktur yang tersedia. Hasil analisis penelitian ini dapat disimpulkan.

Saran

PDII-LIPI masih sangat berpeluang dalam
membangun interoperabilitas teknis yang
lebih baik ke depan. Upaya tersebutbisa
berjalan lancar  dengan syarat adanya
sinergi antara pemangku kebijakan, pustakawan, dan Tim Developer LARAS V 1.0. Pihak-pihak tersebut hendaknya secara bersama-sama memiliki kesepahaman tentang aspek model interoperabilitas teknis yang sebenarnya. Kepala PDII-LIPI setidaknya lebih mengaktifkan peran Tim Perencanaan Monitoring Evaluasi yang khusus bertugas memonitor kegiatan PDII-LIPI dalam setiap program, khususnya yang berhubungan dengan pengembangan LARAS V 1.0 dan interoperabilitasnya, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam membangun dan menentukan model interoperabilitas teknis, hendaknya PDII-LIPI berdasarkan kebutuhan.


Sumber  old.perpusnas.go.id/.../MuhRosyihan_Model_Interoperabilitas.pdf



Comments

Popular posts from this blog

Tutorial Blender #07 - Rigging & Bone Animation

Menggunakan berbagai fungsi di POSTMAN

Membuat Karakter Berjalan di Construct 2